Minggu, 16 November 2008

Psycamp: A diary of a Freshman

Masa prosesi sudah lewat, namun kesibukanku tidak berhenti sampai di tugas-tugas prosesi tersebut. Dua puluh empat mata SKS mata kuliah yang kuambil di semester pertamaku di Fakultas Psikologi membanjiriku dengan serentetan pekerjaan di luar kelas. Makalah ini, makalah itu, essay ini, essay itu. Semuanya datang silih berganti. Moralku sebagai mahasiswa mulai runtuh, dan aku pun merencanakan untuk melakukan apa saja asalkan tidak berhubungan dengan perkuliahan demi ketenangan batin. Di saat itu pun aku tidak sengaja mendengar kasak-kusuk temanku yang menanyakan, “Eh lo ikut Psycamp ga?”. Selidik punya selidik, ternyata Psycamp itu kependekan dari “Psikologi Camping”. Ah, palingan cuma kegiatan kampus yang gitu-gitu aja, pikirku.

Semakin dekat hari dilaksanakannya Psycamp, semakin sering aku mendengar desas desus dan ajakan untuk mengikuti Psycamp. Karena semakin sering kupingku mendengar, mulutku pun mulai tergoda untuk bertanya-tanya. Aku pun bertanya mulai dari hal yang paling umum, “Kapan sih emangnya?” sampai ke hal yang paling personal, “Eh si ‘itu’ ikut Psycamp ga?”. Tanda tanya pun meliputiku dan teman-temanku karena ada isu-isu mengambang seperti, “Katanya bakalan dimarah-marahin ntar disana”. Saat itu aku tidak peduli dengan isu-isu semacam itu. Aku hanya ingin kegiatan yang bisa membuatku lupa dengan tugas-tugas yang tidak manusiawi. Namun sayangnya, saat itu pilihanku tidak banyak. Tidak ada tawaran pergi ke luar kota, teman-teman SMA ku tidak berinisiatif untuk berlibur, dan terlebih lagi, si “itu” ikut Psycamp. Jadilah aku melibatkan diri di kegiatan yang berbau kampus lagi.

Celana jeans biru belel, kaos oblong, sepatu converse, dan tas selempang kecil sebagai tempat untuk amunisi pergi kemping. Aku tidak membawa senter, tidak memakai sepatu gunung, ataupun membawa snack. Aku hanya ingin jauh dari depok untuk beberapa saat. Dengan menggunakan tronton kami semua berangkat menuju ke arah Subang,Jawa Barat.

Setelah beberapa jam perjalanan, udara dingin mulai terasa. Jalan yang awalnya mulus, mulai berguncang-guncang karena jalan yang dilalui tidak diaspal. Aku terjaga setelah beberapa jam terlelap, dan mendengar kawan-kawan bernyanyi lagu-lagu yang kukenal diiringi melodi gitar. Sesampainya di tempat, langit sudah gelap, hanya tinggal diterangi bintang dan cahaya bulan. Kami semua turun dari tronton, saling membantu membawakan barang-barang teman, dan biasanya, untuk orang-orang yang sudah memiliki ‘target’ biasanya sudah mulai ‘menyerang’ si target dengan beribu-ribu alasan. Mulai dari membawakan barang, standby di tempat yang agak berbahaya sehingga mempunyai alasan untuk memegang tangan si target, dan serangan-serangan kreatif lainnya.

Begitu tiba di tempat perkemahan, aku cukup terkejut. Suasana kemping yang serba susah yang kubayangkan, sama sekali tidak ada. Tiga buah tenda peleton (seluas 30 X 50 meter, kalau tidak salah) berdiri dengan kuat lengkap dengan lampu neon di dalamnya. Jalan setapak sudah dibentuk sedemikian rupa demi kenyamanan berjalan peserta disertai tempat tumpuan tangan dan lilin-lilin penerangan jalan. Melongok jauh sedikit ke arah sungai, ada kamar mandi buatan dan kakus buatan - tidak lupa dengan penerangannya. Ajaibnya, ada dapur di tengah hutan! Aku melihat panitia yang sedang menggoreng sosis di dalam rumah-rumahan kecil yang terbuat dari bambu dan beratapkan daun-daun. Ini sih kemping mewah, pikirku. Setelah berkeliling melihat-lihat situasi dan menyapa kawan-kawan, aku menaruh tas di salah satu tenda, dan segera berkumpul bersama mengelilingi api unggun - tidak lupa menyeruput kopi susu panas. Aku merilekskan diri, menghangatkan diri di depan api unggun, tertawa bersama teman-teman baru, dan memandang si ‘itu’ dari kejauhan.

Tidak salah memang pilihanku hari ini.

Hari Jumat di Psycamp tahun 2004

Khrisnaresa Adytia

http://www.new.facebook.com/note.php?note_id=35896716865

Gara-Gara PsyCamp

Ikutan mencurahkan kenangan pengalaman gw mengikuti PsyCamp pertama kali. gw ikut pertama kali pas taon 2006, pas gw udah taon kedua di psikologi. taon pertama ga sempet ikut karena sibuk kerja, mencari sesuap nasi dan ongkos kuliah sehari-hari. sebenernya Psycamp ini gw ikut bukan sebagai peserta, tapi sebagai wakil dari MPM untuk mengawasi kegiatan2 Senat. gw sebagai seorang anggota MPM yang nyentrik, dengan senang hati menawarkan diri saat ada rapat pembagian tugas mengawasi kegiatan Senat (waktu itu namanya masih Senat bos. MUSMA Psikologi belum jadi). jujur aja, kegiatan beginian mang pasti jadi prioritas utama gw. kapan lagi lo bisa kemping bareng sama temen2 satu fakultas. gratis pula. karena gw dapet undangan dari panitia untuk datang enmengawasi ne acara. begitu ceritanya. hehehe

Tapi psycamp kali buat gw berkesan banget. begini ceritanya...
karena ada urusan pekerjaan yang harus gw selesaikan pas hari jum'at, yaitu hari keberangkatan Psycamp, gw baru bisa nyusul pas hari sabtunya, sabtu siang menjelang sore tepatnya. bermodalkan sebuah alamat yaitu kampung Sagalaherang, Subang dan ancer2 angkot serta tempat turunnya, gw santai aja jalan. Gw lupa sapa yang ngasih tahu ancer2nya, tapi dia bilang gini. "lo naek bis jurusan Subang, turun di pasar Sagalaherang, terus naek angkot sampe polsek, terus jalan kaki aja ke rumah mang Atang. lo tanya orang2 situ pada kenal kok". Oke, ancer2nya cukup jelas. jadilah gw naek bis jurusan Subang. perjalanan di Bis lancar2 aja. gw menikmati perjalanan sambil memperhatikan orang2 sekitar yang sama-sama naek bis itu. karena ga ada yang menarik, perhatian gw alihkan ke seorang bapak yang baru aja naek bis ini. dia bawa sekarung penuh buah jeruk. tadinya gw pikir mau dibagi2in ga taunya dia jualan. hebat neh orang, berani banget jualan di dalambis yang lagi jalan. masalahnya menurut perhitungan gw, ga mungkin jeruk sekarung itu abis cuma dalam sekali naek bis doang. berapa kali yach tu bapak naek turun bis.

Ternyata perkiraan gw salah, jeruk sekarung itu langsung abis. lo musti liat kegigihan bapak itu menjajakan dagangannya. gw aja terkagum-kagum. pertama doi menawarkan jeruk dagangannya dengan harga Rp. 10.000 untuk 15 buah jeruk. dia mondar-mandir lorong di bis itu kira2 tujuh kali sebelum bisa mendapatkan pelanggan pertamanya. abis dapet atu, perjuangan doi bukannya makin mudah malah tambah susah. para penumpang masih tak acuh aja sama kehadirannya. capek bolak-balik tuh bapak akhirnya nyerah, dia mulai menurunkan harga dagangannya, jadi rp. 10.000 untuk 20 buah jeruk. kontan aja, para penumpang menengokkan kepala mereka. termasuk penumpang yang tadi beli pertama kali. dia kesel kayaknya, gw yakin pikiran yang berkelebat dalam otaknya adalah kenapa tadi gw langsung beli. ga nunggu aja harganya murah.

Setelah mondar-mandir lebihkurang 15 kali. akhirnya banyak juga yang beli. tapi ada beberapa penumpang yang masih liat-liat aja, nungguin kali aja harganya tambah murah. seperti gw contohnya. hehehe. bener aja bos, harganya turun lagi, sekarang Rp. 10.000 buat 25 buah jeruk. wah, jangan2 ntar turun lagi, jadi gw tahan keinginan gw untuk beli. pada posisi ini, ada beberapa orang lagi yang beli. gw liat penumpang yang tadi udah beli mukanya cemberut, apalagi yang beli paling pertama tadi. dia khan cuma dapet 15 biji. perkiraan gw lagi2 benar. harga turun drastis, jadi Rp.10.000 buat 30 biji. yap, gw langsung siapin duit buat beli. tapi malang tak dapat ditolak, untuk tak dapat diraih. jeruknya langsung abis. sedih dah gw. hehehe.
tapi gw turut senang, dagangan tuh bapak akhirnya habis. tapi setelah gw pikir2 kayaknya taktik dagang tuh bapak emang kayak gitu deh, sok2an nurunin harga, padahal emang udah niatan dari pertama. tapi gw masih bingung, itung2annya harusnya tuh bapak rugi. jeruk sekilo tuh kalo lo beli di pasar induk kramat jati harganya Rp. 4.000. sekilo isinya 10-12 biji. kalo 30biji berarti harganya 12 ribu rupiah. tuh bapak rugi dua ribu untuk tiap kantong jeruk yang dijual Rp. 10.000 isi 30 buah. ehm... Penasaran, akhirnya gw tanya ke doi. kebetulan dia turun ditempat yang sama ma gw. setelah perbincangan ngalor-ngidul sambil nungguin angkot yang ngetem. akhirnya gw tahu, dia masih untung kira2 30-50 ribu tiap karung. dipotong makan en tetek bengek, dia bisa ngantongin bersih 20-30 ribu. menurut pernyataan dia, segitu juga udah cukup untukmembiayai keluarganya. huff. buat uang jajan gw sehari aja kurang. ga bersyukur baget gw. dapet tamparan dari kejadian ini gw.

latar sekarang berpindah ke sebuah angkot berwana kuning. gw duduk di samping bang supir yang sedang bekerja. menghisap sebatang rokoknya sambil berharap penumpang datang. setengah jam ada gw nemenin bang supir nunggu penumpang, momen itu kami isi dengan obrolan. biasa, seputar kehidupan beliau sehari-hari. menurut pengakuan bang supir, tiap sore emang pasti sepi gini. orang2 udah pada pulang ke rumah untuk istirahat. ternyata ini juga "rit" terakhir doi sebelum pulang. sehari-harinya dia juga ga jauh beda sama penjual jeruk tadi. bersih dapet 20-30 ribu perhari. setelah dipotong buat setoran sama isi bensin. lagi2 gw ngurut dada. tapi hebatnya ne orang santai aja. menganggap bahwa rezeki itu udah lebih dari cukup buat dia dan keluarganya. gw baru tau ne orang udah punya bini. gw pikir masih bujangan, umurnya ga jauh beda sama gw. waktu itu sama-sama 21 tahun. tapi dia udah punya anak satu, istri juga baru satu. hehehe. lagi2 ditunjukkan lokal wisdom langsung dari tempat asalnya. lagi2 merasakan tamparan akan kebiasaan gw yang jarang bersyukur. SIAL...

Cerita kita skip aja langsung saat gw nyampe di Polsek Sagalaherang. dari sini gw harus melanjutkan perjalanan berjalan kaki. menurut orang yang memberi gw petuah tentang arah, katanya jaraknya ga jauh. jadi gw jalan kaki aja. setelah sholat maghrib sebentar di mushola pinggir jalan, gw akhirnya berjalan menyusuri jalan setapak yang belum di aspal. masih tanah, kiri-kanan hutan, ga ada penerangan, adanya cahaya bulan sama beberapa lampu rumah. satu jam kemudian. gw masih berada di jalan yang serupa, dengan kondisi yang kurang lebih sama, cuma lebih serem dikit karena ga ada rumah di kiri-kanan gw. ga ada orang pula. mulai mencaci maki si pemberi petuah tentang arah. Semprul, deket gundulmu. Sial, harus berap alama lagi gw berjalan. untungnya jalanannya ga ada persimpangan, jadi gw sok yakin aja masih berada di jalan yang benar. tapi entah menuju mana. siapa pula yang bisa gw tanya!@#@#^&&*&^*

Allah masih baek sama gw, dari arah depan ada motor yang lewat. hebatnya lagi, dia berhenti, terus nanyain gw mau kemana. hati gw gembira, meloncat dengan senangnya. hehehe. gw utarakanlah maksud dan tujuan gw kemari. gw bilang mau ke rumah mang atang. ternyata si abang pengendara motor itu kenal. ada juga omongan yang dibilang pemberi petuah tentang arah yang bener. tapi pas gw tanya soal rombongan tronton yang lewat sini kemaren sore, dia bilang ga ada. waduh, bingung neh gw. bener ga yach tempatnya??? akhirnya, gw minta tolong anterin ke rumah mang atang dengan imbalan sejumlah uang. lagi2 gw terharu, dia bilang ga usah. gw akan dianterin langsung ke rumah mang atang tanpa bayaran. tapi gw ga enak, gw tanya ada bensin ga. walaupun dia bilang ada, gw tetep maksa untuk ngebeliin bensin. akhirnya dia setuju, beekendaralah kami berdua menuju rumah mang atang. di jalan kami mengobrol tentang banyak hal, sayangnya sekarang gw lupa siapa nama penyelamat hidup gw itu. maaf ya bang... Satu hal yang perlu di catat. gw mau maki-maki si pemberi petuah tentang arah. SEMPRUL, DEKET GUNDULMU, NAEK MOTOR AJA SETENGAH JAM< GIMANA GW JALAN KAKI. SIAL. untung gw lupa siapa tuh pemberi petuah. hehehe

Singkat kata sampailah gw di rumah mang atang, tapi beliau sedang tidak ada dirumah. si abang yang mengantarkan gw tadi menanyakan sama beberapa orang yang lagi duduk2 deket situ soal keberadaan segerombolan orang yang lagi kemping, yang kemaren dateng pake mobil tronton. Alhamdulillah, tempatnya bener. Mereka dengan senang hati mengantarkan gw ke tempat kemping tersebut. Ga tanggung2, yang nganterin gw ada enem orang. sempet terbersit pikiran ga baek di otak gw. Jangan2 ne orang2 berniat jahat, terus nyulik gw, terus diperkosa, terus dibuang entah kemana. OOOpss., langsung buru2 gw tepis pikiran buruk itu. gw mencoba untuk percaya sama mereka, walaupun masih tetep waspada. hehehe. GW malu sama pikiran gw barusan, akhirnya gw tahu kalo mereka bener2 berniat tulus nganterin gw yang hampir putus asa ini. gw sampe ke deket tempat kemping berkat bantuan mereka. di jalan mau ke CAMP site, gw ketemu sama temen2 laen yang lagi sibuk menolong mobil mas dewa yang keperosok ke jurang. ga dalem sich jurangnya, paling cuma lima meter. tapi usaha untuk menyelamatkan mobil tersebut, membutuhkan banyak waktu dan tenaga. lagi2 orang yang nganterin gw tadi memberikan bantuannya untuk menyelamatkan mobil yang terperosok tersebut. makin malu gw sama prasangka yang terbersit di otak gw sebelumnya.

setelah berjibaku dan bekerja sama menyelamatkan mobil mas dewa, gw akhirnya berjalan menuju Campsite. gw sampe pas acara jurit malam. karena capek, gw ga sempet ikut ne acara. tapi menurut pengakuan peserta setelah jurit malam selesai, acaranya menarik banget. ga ada tuh bullying or something. just FUN. abis acara jurit malam, acara beralih ke acara api unggun plus kambing guling. pada saat pembakaran kambing guling, acara diselingi nyanyian dan obrolan ringan dari para sesepuh kampus. ada mas aten, pakde ibud, mas pur, mas dewa, dan beberapa macan kampus memeriahkanacara dengan suara perak dan kebijaksanaan mereka. disini gw ngerasa diterima banget. padahal gw jarang banget nongol dikampus oleh karena kesibukkan gw mencari nafkah. mereka ga mandang gw siapa. yang ada adalah gw sebagai personal, peserta Psycamp. sumpah menyenangkan banget. terharu gw. hehehe

ada satu kejadian yang sebenernya ga terlalu gw perhatikan pada saat itu, tapi berimbas sampe gw kembali ke kampus. ceritanya gw punya temen cewe seangakatan yang lumayan gw kenal lah. pas api unggung gw celingak-celinguk nyari temen ngobrol yang keliatan di mata gw ya dia orang ini. langsung lah gw mendekati dengan niat untuk sekedar ngobrol. yang tidak gw perhatikan adalah seorang tokoh yang sudah malang-melintang di dunia persilatan sejak jaman kerajaan majapahit. dulu dia merupakan patih kerajaan majapahit yang terkenal, yang ada hubungannya sama sumpah gitu deh(kalian tahu khan yg gw maksud sapa ^_^). gw baru tahu ternyata doi lagi ada maksud waktu itu. dan gw menggagalkan rencananya tanpa gw sadari. untungnya dia berjiwa besar. membiarkan gw malam itu, tapi mengungkitnya saat di kampus. ampun bang... ga maksud gw. hehehe

nilai moral yg bisa gw ambil dari pengalaman Psycamp ini adalah, bahwa ada sebuah dunia lain di luar sana yang nilai2nya begitu luhur. bersedia menolong orang tanpa pamrih, selalu berupaya bersikap ramah terhadap orang lain dan lain sebagainya. dan dengan ikut psycamp lah gw mendapatkan itu semua. tenang lo ga harus jalan sendirian kayak gw en kesasar dulu untuk mengalami ini. karena dalam rangkaian acara psycamp ada acara bakti sosial yang memberikan kesempatan kepada kita untuk berinteraksi langsung dengan para penduduk sekitar. selaendari keramahan penduduknya, yang sangat menyentuh perasaan gw adalah perlakuan para senior dan rekan sejawat yang menerima gw apa adanya. ga peduli pas dikampus gw eksis apa enggak. ga ngeilat gw nongkrong dimana, siapa teman gw, dan tetek bengek lainnya. gw diperlakukan sebagai gw, seorang manusia. subhanallah... disinilah gw dikenalkan pada orang2 hebat yang emang keliatannya ancur diluar, tapi baik di dalam. Hualah,. ngomong apaan neh gw. pokoknya begitulah. gw cuma mau kasih saran. ikutlah Psycamp, insay Allah taon depan mau ikut lagi ^_^

dibuat oleh Gigih gesang

Senin, 10 November 2008

Dialektika Alam Raya dan Manusia

Planet Bumi berumur sekitar 4.5 milyar tahun menurut para ilmuwan. Dari ‘perkiraan’ rentang waktu ini, mahluk hidup muncul pada sekitar 3.5 milyar tahun yang lalu. Dalam periode waktu ini kehidupan bermekaran di planet Bumi. Dan dalam waktu kehadirannya yang singkat, manusia mengubah wajah dunia dengan hebat dengan perkembangan keunggulan utamanya diatas semua mahluk hidup penghuni planet ini. Dari jalinan silang-sengkarut perkembangan manusia dalam berbagai aspek seperti budaya, populasi, genetik, pengetahuan dan teknologi ada sebuah motif utama yang bertahan dalam tema sejarah peradaban manusia, bertahan hidup.

Bertahan hidup bukanlah sebuah kalimat sederhana. “Bertahan hidup” bisa menjadi sebuah kalimat yang mewakili seluruh drama kehidupan, setiap badai saraf dalam pikiran, setiap detak nafas, setiap gejolak energi, setiap hilang dan berubahnya materi, setiap perubahan realitas sekecil apapun adalah definisi “kehidupan”. Dalam sebuah alam raya kehidupan dan kesadaran masif tak terhingga ini manusia diberi sebuah hak yang sangat khusus dari Tuhan, untuk memiliki kehendak bebas.

Disatu sisi manusia mendapat berkah untuk menaklukkan alam dan kehidupan lain di dalamnya, namun kehendak bebas ini juga memisahkan manusia dari seluruh kehidupan alam raya dengan menjadikan dirinya sebagai mahluk yang terasing dari kesadaran masif ini. Manusia mungkin hebat dalam hal membangun dunia ide dan teknologi-teknologi tinggi untuk menaklukkan alam, namun dalam persoalan mendengar dan memahami kesadaran alam raya, manusia adalah salah satu mahluk hidup dengan intelegensia terendah diantara lebah, rumput liar, bakteri, tikus, dan mahluk-mahluk lain yang mungkin belum pernah kita bayangkan di alam semesta.

Sebagian besar manusia dan peradaban telah kehilangan arah yang benar dalam hal perkembangan untuk ‘mendengarkan’, ‘memahami’ dan hidup selaras dengan alam raya. Manusia gagal memahami bahwa bermain-main dengan cetak biru genetika mahluk lain dapat melahirkan monster-monster seperti virus HIV, virus penyebab penyakit flu burung, kematian massal populasi ternak tertentu (atau manusia) dan senjata-senjata biologis. Walaupun di sisi lain rekayasa genetika sudah melahirkan padi, jagung, gandum atau sapi yang unggul, buah-buahan yang mewarisi berbagai kelebihan macam-macam sifat dari induknya, bakteri yang dapat membersihkan air laut dari pencemaran minyak dan berbagai keajaiban alam lainnya, kemanusiaan gagal memahami sifat dan keunggulan alamiahnya sendiri, kehendak bebas.

Kehendak bebas inilah yang sekali lagi menentukan arah dan sejarah peradaban manusia. Manusia diciptakan Tuhan dengan tujuan untuk membawa paradoksikalitas dalam harmoni alam semesta kehidupan agar alam semesta pada akhirnya menuju kehancuran. Kehancuran yang secara ilmiah juga sudah diprediksi oleh kosmologi, fisika kuantum atau diramalkan oleh filsafat dan diberitakan oleh penerima-penerima wahyu ini adalah sebuah kejadian dan fenomena di masa depan yang disetujui baik oleh kepercayaan maupun ilmu pengetahuan. Peningkatan entropi (kekacauan) dan degradasi alam semesta dalam hal yang paling sederhana adalah berkurangnya materi genetik, hasil milyaran tahun evolusi melahirkan jutaan spesies mahluk hidup yang terus bertambah dalam skala eksponensial, sebaliknya perkembangan peradaban manusia telah memusnahkan berbagai jenis keragaman genetik dalam waktu yang begitu singkat.

Perbedaan ini adalah perbedaan dalam hal kehendak bebas dari kesadaran manusia untuk terputus dari alam semesta. Galaksi berkomunikasi dengan galaksi lain dengan meledakkan bintang-bintang, membuat lubang hitam, tata surya berkomunikasi dengan tata surya lain dengan mengirim komet, melemparkan meteor, asteroid, sementara bintang bercakap-cakap dengan planet-planet pengiringnya dengan cahaya, badai solar dan gerhana, atmosfer bumi berbincang dengan tanahnya dengan mengirimkan hujan, angin, terik mentari dan kilatan petir, perut bumi berkomunikasi dengan seluruh isinya dengan memuntahkan lahar, batu atau menghisapnya dari permukaan, bakteri berkomunikasi dengan koloninya dengan berevolusi dan membentuk berbagai struktur dasar untuk tingkat kehidupan berikutnya hingga mamalia pertama berjalan tegak di muka bumi. Seluruh harmoni dan keselarasan alam berhenti pada manusia. Entah mengapa betapa banyak manusia masih mempercayai bahwa dirinya adalah hasil dan bagian dari evolusi alam, mengakui dirinya sebagai bagian dari kesadaran massif alam semesta.

Sementara bakteri dan primata telah bertahan hidup berdampingan tanpa menghapuskan eksistensi satu sama lain, dan bahkan sebagian telah mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan ‘kolektif’ dalam tingkat organisme. Manusia adalah satu-satunya mahluk yang tidak memahami jaringan kesadaran massif untuk menghargai keberadaan mahluk lain sebagai satu-satunya cara bagi dirinya sendiri untuk bertahan hidup. Punahnya satu jenis serangga yang tugasnya menyebarkan serbuk sari tertentu dapat memandulkan keseluruhan spesies tanaman penghasil biji-bijian atau buah-buahan yang sumber makanan bagi manusia. Tercemarnya seluruh samudera oleh virus buatan manusia yang dapat menghabiskan spesies zooplankton atau fitoplankton tertentu dapat menghancurkan lima puluh persen dari penghasil oksigen di planet bumi, cerita yang sama bisa kita bayangkan karena sudah terjadi pada hutan-hutan, ladang-ladang, sungai-sungai, danau, rawa-rawa dan bermilyar-milyar ekosistem darat.

Dalam masa-masa kritis dan berbahaya seperti kelaparan, perang, pertentangan ideologi atau agama, kemiskinan, kehancuran moral dan segala negatifitas dari paradoksikalitas yang dibawa oleh manusia yang bisa kita sebutkan, alam tetap berkomunikasi dengan manusia dengan menampilkan bahasa kesadarannya sendiri. Berbagai bencana geologis, biologis, atau astronomis sekalipun adalah sebuah bentuk ‘geliat’ kesadaran massif dari alam semesta. Alam semesta dalam sejarah kehidupan telah menunjukkan kekuasaannya dan kekerdilan manusia dengan sedikit semburan dari perutnya, sedikit percikan dari lautnya, sedikit tiupan dari langitnya dan segala gerak gerik alam semesta yang menggerus eksistensi dan seluruh pencapaian manusia seperti sebuah buih ditengah gelombang samudera.

Sedikit manusia yang menyadari akan keperkasaan alam, manusia mempercayakan superioritasnya dengan menaklukkan dan menguasai alam seperti menaklukkan dan menguasai manusia lain. Manusia gagal melihat eksistensi sungai-sungai air tawar, hutan-hutan tropis, terumbu-terumbu karang dan berbagai keragaman genetik serta kesadaran-kesadaran alam lainnya sebagai syarat dan rasionalitas dari eksistensinya sendiri. Eksistensi dari memperoleh makanan, eksistensi dari memperoleh berbagai kemajuan dan perkembangan peradabannya sendiri dengan melihat dan meniru alam, eksistensi dari keragaman genetik, sifat dominan, budaya, sistem sosial dan bahkan perkembangan dunia idenya sendiri sebagai hasil dari berbagai suplai kesadaran alam yang masif terhadap kehendak bebasnya.

Salju dan es adalah yang memberikan keunikan genetik dari bangsa Eskimo terhadap kemampuannya melihat berbagai gradasi warna putih dari matanya, ketinggian dan tipisnya oksigen adalah yang memberikan orang-orang Peru paru-paru dengan volume lebih besar dari rata-rata manusia, bakteri dan supremasi keragaman genetik-lah yang memberikan kekebalan alamiah terhadap orang-orang asia di daerah tropis terhadap eksistensi mikroorganisme yang merupakan momok bagi bangsa-bangsa lain. Sementara sifat kausalitas dari berbagai kesadaran alam inilah yang jalin-menjalin dalam tingkat molekular eksistensi manusia, manusia sendiri rupanya semakin jauh dari ‘dengungan’ kesadaran ini. Sel retinanya mulai jarang tersentuh hijaunya hutan atau birunya laut, telapak tangannya mulai jauh dari sensasi-sensasi artistik dan filosofis dari tekstur kulit pohon atau licinnya hewan laut, insting bertahan hidupnya tidak lagi mengingat tajamnya duri atau batu, kesadarannya sebagai bagian dari alam semesta mulai terputus dari ‘kesadaran-kesadaran’ alam semesta yang lain.

Kesadaran tidak timbul dari kesendirian, keberadaan eksistensi lain adalah kausalitas dari kesadaran. Seorang bayi ‘sadar’ akan ketergantungan eksistensinya dari lingkungan air di sekitarnya, ari-ari yang memberinya makan, getaran-getaran udara dari luar yang mengganggunya dari tidur dan bermimpi, dan seluruh orkestra perdana dari kesadaran alam semesta yang dirasakan olehnya. Sementara kehidupan berjalan, bayi yang kemudian menjadi seorang manusia ini telah mengalami berbagai episode perubahan dari berbagai kesadaran alam semesta dengan mengabaikan ‘suara’ alam semesta untuk mendengarkan dan mengembangkan ‘suara’ kesadarannya sendiri. Dalam proses evolusi kesadaran ini, manusia mulai melupakan orkestra alam semesta dan meningkatkan ketergantungannya terhadap artefak-artefak, simbol-simbol dan bentuk-bentuk pencapaian kesadaran dari spesiesnya sendiri saja.

Dalam bentuk kesadaran ini, manusia mulai menumpuk-numpuk berbagai paradoksnya sembari menghancurkan hubungannya dengan alam. Keharusan bekerja untuk mencari uang sebagai alat tukar untuk memenuhi kebutuhannya akan air, makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan-kebutuhan bertahan hidup lainnya telah menjauhkan manusia dari kesadaran purba untuk mencari sungai, buah-buahan, berburu, meramu, bercocok tanam, berternak dan membuat tempat tinggal dengan tangannya sendiri. Evolusi kesadaran inilah yang membuat manusia semakin tidak memahami keterbatasan diri yang ditetapkan oleh alam semesta pada dirinya.

Kesadaran dan ketidaksadaran inilah yang membuat ilmu pengetahuan, budaya dan perkembangan teknologi selalu menjadi kausalitas bermata dua dari paradoks eksistensi manusia ini yang tidak akan pernah hilang. Sebagai manusia yang ‘sadar’ kita dapat memahami bahwa paradoks inilah yang membuat kehidupan menjadi begitu berwarna-warni, berlika-liku dan berkembang. Kita juga sadar bahwa paradoks inilah yang mendefinisikan kesadaran manusia sebagai individu yang jauh berbeda dari ‘kesadaran’ kolektif koloni lebah, ‘kesadaran’ kelompok kawanan lumba-lumba, ‘kesadaran’ genetik bakteri untuk menghindari bakteri lain, dan kesadaran sebongkah atom yang menghisap dan melempar elektron. Manusia memiliki kehendak bebas untuk mendengarkan atau tidak ‘suara’ dari kesadaran alam raya, dan inilah keunggulan manusia dari seluruh mahluk lainnya, untuk menjadi kebaikan bagi alam semesta atau penghancur darinya. Kesadaran inilah yang membuat seorang individu manusia dapat melihat dirinya sebagai sekaligus bagian dan juga faktor penentu dari keberlangsungan alam semesta, alih-alih kesadaran seperti pada virus, bakteri, cacing, atau kambing yang hidup hanya untuk bertahan hidup.

Sementara mahluk-mahluk yang terdengar remeh ini tidak punya kehendak bebas untuk tidak mendengarkan suara alam raya, mahluk-mahluk remeh dan trilyunan kawan-kawan evolusionernya ini telah hidup selaras dan menghasilkan orkestra kesadaran alam semesta itu sendiri. Akhir dari essai asal-asalan ini adalah sebuah pertanyaan, dimanakah eksistensi kita sebagai manusia dalam kesadaran alam semesta?

=D

Semoga jawabannya bisa kita cari dan temukan dari pelosok-pelosok hutan, padang-padang rumput, puncak-puncak gunung, tebing-tebing karang, dasar-dasar laut atau dari dalam hati kita yang tulus ikhlas mencari dan mengharapkan suara alam raya.

--Ki Ageng Selauw
http://www.new.facebook.com/topic.php?uid=32360959073&topic=6786

Minggu, 09 November 2008

#2 - PsyCamp: kesaksian seorang maba yang diculik dan berhasil lepas!

dua hari kemudian, ketika gue beranjak pulang dengan beberapa teman keluar lapangan parkir gedung A, berniat menyeberang, sebuah mobil tiba-tiba ngerem..
kaca terbuka dan orang2 didalamnya melongok seraya bertanya, 'mo ikut nengokin edpans gak?' (belakangan gue ketahui bahwa mereka adalah kang peot, jambrong, dan mumu--alumni dan senior2 psikologi)
gue nanya, "kemana bang?"
mereka jawab, "Cijalu, Purwakarta"

gue menengok kawan2 di sebelah kanan dan kiri seraya bertanya, "ikut gak? ikut yok?"--tapi memang kalo gak salah kami sebagai maba sedang pada puncak-puncaknya kesibukan kuliah dan mabim sehingga menyanggupi ikut pun rasanya susah!
beberapa detik tanpa sinyal persetujuan yang lain, gue yang emang jarang kuliah dan jadinya ga tau bahwa seharusnya sibuk beberapa minggu kedepan menyetujui ajakan! gue nengok temen2 lain, menitipkan jakun dan barang2 bawaan gue dan berkata "ayok.."

Diperjalanan, gue banyak ditanya-tanyain (baca: interogasi -red)! mulai dari pertanyaan umum dan cenderung basa-basi seperti 'lulusan SMA mana, tahun berapa..' ampe pertanyaan yang sipatnya pribadi kaya 'dah ngapain aje.. siapa yang diincer, dapet gak?' and so on and so on. Tapi akhirnya gue ngerti apa arti dari pertanyaan-pertanyaan itu ketika salah satu mulai bertanya mengenai, "di angkatan lo, cewe yang sering makan di kantin, putih, rambut sebahu, namanya siapa?"
BWAHAHAHAHAHA.. yang namanya lalaki mah tetaplah lalaki!! Sayangnya jawaban gue gak memuaskan! entah karena emang 'inceran' gue beda (kalopun ada), enah karena gue gak telalu peduli sekitar. Dan menganalisis jawaban-jawaban yang gue berikan mengenai cewe-cewe cihui maba (angkatan 00), di penutup sesi interogasi, ketiga senior ini menyimpulkan bahwa nasib gue akan sama dengan kebanyakan anak-anak cowo psikologi yang akan kami tengokin ini (anak-anak edpans psycamp'00), yaitu:
"Tikus yang mati di lumbung padi"
bwahahahaha.. blum ngapa-ngapain, udah disumpahin!

ketika tiada lagi yang bisa ditanyakan, gue ganti bertanya dan nebak-nebak. satu hal yang gue amatin adalah bahwa diantara kami ada angkatan yang tua sekali! berawal dari gue nanya, "kenapa dipanggil peyot bang?" yang disambut dengan tawa terbahak-bahak oleh mumu dan jambrong (angkatan 97). gue simpulkan bahwa bang peyot adalah alumni angkatan tua banget deh!

kunjungi yang katanya sih peyot, sebuah tulisan dari raymond godwin, untuk mengetahui hal ihwal mengenai bang peyot, seorang alumni yang sangat gue respek dan jadi panutan buat gue sampai sekarang


dan belakangan gue ketahui lagi, bahwa di psikologi, ada banyak sekali senior atau alumni, angkatan tua banget yang masih bersliweran!! jadi hati-hati kalau ketemu muka aga tua di sekitar psiko UI! Dalam pengalaman selanjutnya gue jadi mahasiswa, gue bersyukur bahwa orang-orang itu masih beredar untuk dimintain bantuan atau sekedar duduk dan omsisi (omongan sia-sia, alias garingan)


Eniwey perjalanan berlanjut, dan seperti layaknya seorang maba, gue pun waktu itu tak luput dari sedikit perasaan kuatir mengenai tiga orang senior yang membawa gue ke suatu tempat ini. Karena itu, secara sembunyi-sembunyi gue memerhatikan jalan, arah dan jalur yang kami lalui dan mencoba mencatat di ingatan.
*kalo-kalo gue harus balik sendiri, minimal, gue bisa lah!

keluar dari tol yang ke arah cikampek dan purwakarta, ngambil jalan ke kanan ke arah purwakarta, berhenti di pasar rebo!

(aaaaahhhh.. pasar rebo..), harus gue kasi tau kepada yang baca notes ini bahwa menulis semua ini membawa kenangan-kenangan yang bener2 bikin suasana hati gembira dan haru! contohnya yah pasar rebo..:

  1. gue yang SMA: pasar yang sumpek semrawut, terletak di pertigaan purwakarta! ke kiri arah wanayasa, kanan balik lagi ke kota atau bisa ambil opsi bandung! biasa ajah..

  2. gue yang jadi MABA: dikerjain bang pe'.. disuruh nungguin mobil sementara mereka be3 nyari2 barang titipan anak2 edpan, mana laper blum makan!! (tp akhirnya gue ditraktir makan sih, dan roko gak pernah kekurangan dalam perjalanan itu)

  3. gue yang jadi murid edpans di 2001: pasar rebo adalah harapan terakhir mengenai alat-alat kerja, perlengkapan, bahan makanan dan lain sebagainya. tempat ini banyak diucapkan oleh emilio 99 dalam sebulan terakhir rapat2 edpans'01

  4. gue yang jd murid edpans 2002: Pasar rebo is final frontier! banyak diandalkan! banyak jadi patokan untuk jelasin arah jalan ke senior2 yang mo nyusul.. Pasar rebo juga jadi primadona kalo udah urusan bawa oleh-oleh sayur, ikan asin dan bahan pangan lain untuk mang usit dan mang atang..

  5. dan sampe sekarang, atribut yang terlekat di 'pasar rebo' di ingatan gue makin rumit, lengkap dan bermacam2.. muatan emosi yang dibawa oleh dua kata itu juga makin campur aduk dan rame..


di pasar rebo cukup lama! kami semua isi tengki ampe full! makan enak, minum enak, suasana santai--hiruk pikuk sibuknya pasar sih--tapi ramah! cemilan lengkap, roko' lengkap (baru gue ketahui bahwa merk roko' yang gue hisap ternyata sama dengan yang disukai oleh kebanyakan senior2..) dan lama setelahnya perjalanan pun kembali berlanjut!

Pembicaraan di mobil lagi-lagi berlangsung seru! disini gue dapet banyak garingan dan kisah2 mengenai senior! Emang sih, lokal banget dalam arti gue gak ngerti siapa yang dibicarain, siapa yang diketawain, situasinya dimana,

--"edpans 97 dikejar kebo" apa pula? (dikejar kebonya gue ngerti, tapi edpans itu apa? 97 disini angkatan kah? atau tahun 97 kah?)--

dan semua hal lokal yang gue ga ngerti! Akan tetapi, seiring waktu karena beberapa nama terulang-ulang, gue jadi kaya punya semacam gambaran mental sendiri mengenai tokoh2 yang dibicarakan itu, hubungan antar mereka dan apa kaitannya dengan ketiga orang yang berada di dalam mobil ini.

Lama ngalor ngidul kemudian, entah sampai mana gue sudah tidak tertarik lagi berbicara. sepertinya kami semua yang berada di mobil sepakat tentang hal ini. sebab perlahan-lahan jalan aspal halus mulai berbatu-batu, makin lama makin sempit. apa yang kami lihat membuat kami terdiam! pegunungan, pohon, lembah, pematang sawah lengkap dengan orang-orangan sawahnya! bayangan bukit akibat sinar matahari, udara yang makin sejuk, warna hijau yang bergradasi di seluruh penjuru! dan bergeletakan di sana sini atap-atap pondokan petani yang digunakan untuk melepas lelah atau makan siang setelah seharian nyawah..
sumpah gue gak nyesel ikut kesini!
lalu, setelah sajian pemandangan itu, mulailah kami memasuki kawasan perumahan yang agak padat! anda yang membaca jangan membayangkan perumahannya kaya' di sinetron-sinetron! jangan bayangkan rumah yang gede-gede! jangan bayangkan sosok bangunan yang 'sombong' dan mewah, dengan pagar yang tinggi, yang menatap orang-orang yang melewatinya dengan kasar dan meremehkan!

disini semua lebih ramah, lebih asri. sepertinya manusia-manusia disini masih berdamai dengan pohon, berteman dengan binatang, berdamai dengan alam dan dengan demikian, berdamai dengan dirinya. manusia disini masih jalan kaki kesana kemari sambil mikul beban segede-gede gaban. anak2 disini masih bebas berlari-larian, gak kuatir keserempet kendaraan bermotor!

Ibu-ibu disini masih bercengkrama satu sama lain, antar tetangga. Mereka gak perlu acara arisan, atau gaun-gaun dan make-up untuk bicara satu sama lain. Mereka gak butuh aksesoris untuk diperlihatkan. Intinya, mereka gak butuh barang-barang seperti perhiasan, mobil dan lain sebagainya untuk diterima dalam sebuah komunitas, untuk bicara satu sama lain, untuk bicara hati ke hati. Mereka cuman butuh gerobak sayur! setiap saat tukang sayur lewat, mereka keluar satu persatu, berkumpul dan mengerubung, berbicara dan seperti biasa--seperti yang dilakukan oleh smua wanita--bergosip!

manusia-manusia disini mengenal muka-muka yang beredar disekitarnya. mereka masi hapal nama-nama tetangganya, mulai dari rumah yang paling dekat, ampe yang di dusun sebelah! Kalo hal itu sungguhlah biasa di daerah rural di Indonesia, maka gue melihat hal lain yang tidak biasa dan sangat menakjubkan:
perubahan sikap yang ditunjukkan oleh ketiga orang di mobil ini!

se-metal-metalnya jambrong, se-diem-diemnya mumu, dan senyeleneh-nyelenehnya kang peyot, gue perhatikan sudah sejak pasar rebo tadi ampe sekarang, mereka menegur sapa orang2 yang mereka lewati! PADAHAL KAMI NAEK MOBIL!!

--kalo kulo nuwun-kulo nuwunan pas jalan kaki ya oke deh! wajar, sama sekali ga aneh! Tapi coba bayangin, setiap berpapasan dengan orang yang sedang berjalan kaki, mereka memperlambat laju mobil seraya ngomong, "punten mang..", "misi pak..", "permisi bu'..", "punten a' ", dan lain sebagainya!--

bandingin dengan kelakuan beberapa pemuda pemudi kota yang berkendaraan pribadi, yang kalo mau beli apa-apa'an di warung kotak hanya perlu:
1 - berhenti,
2 - buka kaca sembari memberi instruksi barang2 yang mau dibeli kepada yang punya warung,
3 - bayar, menunggu yang punya warung balik mengantarkan kembalian,
4 - tutup kaca
5 - lalu tancap gas meninggalkan debu-debu dan asap knalpot di muka pemilik warung..

gak usah gitu deh! yang paling gampang ajah, yang gue amati di fakultas psikologi UI!
anak-anak aja makin jarang mau negor satpam!! dimana 'psikologinya' nih?!
Sementara disini, jambrong, mumu dan bang pe' bersusah payah negor sana-sini..
bersusah payah turun semua dari mobil untuk bertanya arah (gue doang yang gak turun..)
ck..ck.. sumpah gue gak nyesel ikut orang-orang ini!!

Singkat kata, sampailah kami ke sebuah rumah, disana mobil menepi dan berhenti.
"ooo ternyata ini entah rumah famili jambrong atau kang peyot, atau mumu!", pikir gue!
sebab yang empunya rumah sangat ramah! kelewat ramah! kami disuguhin macem2. dilarang pegi buru-buru, disuruh makan dulu. baru gue tau belakangan bahwa si empunya rumah adalah mamang yang baru aja kenal--antara sebulan atau dua bulan lalu oleh anak-anak edpans! tidak hanya itu, mamang ini ternyata baru kali ini bertemu dengan jambrong, mumu, dan kang peyot! bwahahahahah.. gila yah.. mungkin itu lah pertama kali gue menyadari dan jatuh cinta dengan kehidupan pedalaman Indonesia.

dari rumah itu, kami bertolak menuju hutan, menyusuri pematang-pematang sawah mendaki dan dibimbing oleh mamang yang menyuguhi kami tadi (gue lupa namanya). Setelah naik turun bukit sejauh 300-400 meter, gue mendengar hiruk pikuk alat-alat besi bertemu kayu dan gak lama kemudian gue mendengar teriakan-teriakan seperti
"KANG PEEEEE!!", "EEEIII JAMBRRROOOOONGG..", "MMUU'!!"
dan sambutan-sambutan lainnya yang diberikan sekelompok orang bertelanjang dada kepada ketiga orang teman perjalanan gue!
--setelah itu mereka kembali kerja kaya kesetanan, bergerak sana sini, terlihat sibuk ampun-ampunan!

melalui pembicaraan yang tidak sengaja gue dengar, ternyata mereka baru saja dihantam hujan deras, sudah sejak beberapa hari yang lalu (menjelaskan kenapa mereka gak pake baju dan celananya basah semua)!

disana ada ewa'98, nael'99, teguh'98, jorle'98, marni'98, emilio'99, gume'96, fani'96 dan beberapa orang lagi yang gak gue ingat! mereka semua kayak ayam abis kecebur got, kuyup semua, kuyu semua dah hectic banget, cape banget. ebagian besar diantara mereka sepertinya habis menjalani neraka! entah apa yang bisa bikin mereka lesu kaya gitu! entah apa yang bikin muka mereka belipet-lipet ketekuk begitu, yang jelas, gue m'duga hal itu adalah hal yang mematikan!

gue hanya berdiri bengong, memperhatikan muka-muka itu, beberapa gue kenal, beberapa tidak, ada juga yang gue sukain, ada yang bikin gue sedih.
tiba-tiba ada yang nyeletuk, "suruh ikut aja ampe jum'at bang"
orang yang diusulkan itu menghampiri gue dan bertanya, "mau disini gak lo?"
gue jawab, '.....' (loading)
lalu, ....... (still loading)
n then, .....(fatal error, windows could not bla.. bla.. bla.. -- blue screeen)
dan spontan gue ngomong, "mau bang, tapi gue gak bawa baju..!"
--kita semua tau lah bahwa itu jawaban yang gak diproses di otak..
walau akhirnya setelah melalui perdebatan diantara mereka diputuskan bahwa gue pulang ajah.

bang pe' tinggal disono, mumu, jambrong dan gue berangkat ke depok. perjalanan balik dah gak se-seru perjalanan brangkat. mereka menurunkan gue yang melanjutkan arah ke kost-an,
disambut dengan pertanyaan temen-temen,
"ngapain aja loe? di apa-apain gak? gimana tadi?"
hahahaha.. I wish they were there.. melihat apa yang gue lihat.. merasa apa yang gue rasa.. sehingga gue gak perlu cerita!

Sebulan kemudian datanglah hari itu.. dimana maba berkumpul dan berangkat menuju PsyCamp! malam sebelumnya, beberapa temen terdekat mengumumkan bahwa mereka gak ikut, bertanya apakah gue ikut ato nggak. pertanyaan mereka bikin gue bingung. gue bilang mungkin nggak. besoknya memang gue gak berangkat. tapi semalaman tidur gue gak enak, gue pengen berada disana.

Hari sabtu pagi, 11 November 2000, pukul 10.00, gue membulatkan tekad namun dapet kabar bahwa tiada yang bisa ditebengin. Terburu-buru balik ke kost, packing seadanya, gue berangkat menuju lokasi,
--untung gue sudah nginget-nginget semua jalan, arah dan jalur menuju pada penculikan kemaren lusa.--
--untung uang kuliah belum di autodebet (gimana mungkin di auto-debet, orang gak gue masukin di rekening.. >=] heheheh)--
--untung gue nyampe tepat di depan rumah mamang baik hati itu, sore, jam 17.20 WIB. walau melakukan kesalahan2 kecil dimana-mana, entah salah naek bus lah, entah salah nunggu di jalur yang tepat lah, entah salah nanya lah..

setelah menyambut dengan meriah dan ramah, mamang memaksa gue untuk tinggal dan makan sore sembari menunggu maghrib. merasa ga enak, gue tetap menolak memutuskan untuk berangkat ke atas mengingat gue gak bawa senter dan 2 menit kemudian gue sudah berada di antah berantah, tengah-tengah hutan dan sawah!

sepanjang perjalanan gue lari! gue baru sekali ini merasakan takut yang amat sangat!
menjelang maghrib, hutan bukanlah daerah yang ramah. petani dah gak ada yang keliatan, dah gak ada orang sama sekali. entah berapa kali gue 'nyebut', minta tolong ke siapapun di atas sana..
dan sampe sekarang, gue masih percaya satu terapi yang pasti berhasil buat nyembuhin orang2 atheis wannabe..
cemplungin aja 3 hari dalem hutan sendirian..
gak lama pasti mereka men-Tuhan-kan apa aja, nyebut apa aja yang bisa di sebut!
termehe-mehe, kencing celana minta diselamatkan
dan gue mendengar hiruk pikuk itu, tapi kali ini bukanlah benda metal bertemu kayu.
lebih ke arah tawa canda dan kemeriahan.
Alhamdulille.. gue sampai.. muka gue pucet, mata gue berkaca-kaca, baju basah kuyup karena lari sepanjang jalan,

tapi gue sampai!

--longor.siha
http://www.new.facebook.com/note.php?note_id=34029263374&ref=nf

Sabtu, 08 November 2008

My first Psy Camp.

Barusan chat ama Maya, salah satu dari lunch peer gw yg akhirnya nge-peer setelah sekian lama gw peer-less.. Dia nanya kapan gw ke Jakarta lagi, secara gw minta makan2 syukuran dia kelar profesi KLD di YAI.. Gw bilang tgl 18 Nop, tgl 19 nya gw SaiKem.. Trus dia komen gini "HALAH.... LU SAIKEM MLULU..." Balesan gw "Lah, emang gw saikem an dari dulu kan???"

Komen itu keluar krn dari peer gw yg isinya 5 itu, hanya gw yg saikem an.. Dua orang cuma ikut saikem angkatan gw (gak usah disebut.. hehehehe..) n 2 lagi bahkan gak pernah saikem an sama sekali.. Gw lupa Maya masuk yg mana secara pada jaman itu gw gak clique-an ama mereka..

Saikem angkatan gw itu rusuh krn hujan deras dan angin kencang.. Cecowok yg sebelumnya dilarang keras masuk tenda cewek (dan seperti kalian tau kalo cewek mah bebas2 ajah ngubek2 tenda cowok) pada masuk n bikin barikade di pinggir tenda utk ngiket2 n ngokohin tenda... Sebagian nge-gali parit di sekitar tenda biar air gak masuk... Malam itu sebagian cecewek tidur nyaman krn tau cowok2 pada ngejaga-in tenda.. Thanx guys.. Whatta great memory of cowok2 psikologi yg diluaran dikenal kurang manly.. Gak perlu manly di fisik, yg penting manly di hati.. Halah..

Saikem angkatan gw juga ada kejadian yg diabadikan Adih di salah satu baju saikem, Ferdi (a.k.a. Dono) di kejar kebo.. Tu kebo bikin jurit malam bubar jalan..Yg berhasil ngelewati kebo hanya 1 (atau 2 ya??) kelompok.. Dari berapa gw lupa.. Tapi sisa nya, termasuk kelompok gw, balik arah di tengah pematang sawah utk balik ke api unggun..

After that, apa lagi kalo bukan latihan Yell Guys.. Gw gak tau itu apa, gw gak tau sepenting apa, gw gak tau jendral itu apa.. Gw 'autis' waktu itu.. Secara gw masuk Psikologi UI juga hanya cara memenuhi kebutuhan gw utk jauh dari rumah.. Gw bahkan gak tau psikologi itu apa n seberapa susah utk anak daerah kayak gw bisa lulus.. As gw ternyata the one and only yg berhasil lulus se sumatera utara, means gw merasa alone n lonely.. Tapi latihan Yell Guys (waktu itu yg pelatih utama nya Rudi, Jendral 90 kalo gak salah..) bikin gw nemu outlet utk katarsis.. Bukan Yell Guys nya, tapi LATIHAN nya.. So, gw katarsis lah gila2an... Mungkin itu yg bikin suara gw jadi besar... Next thing I know, gw disuruh gabung di barisan calon jendral..

Cerita tentang pemilihan jendral juga punya kenangan tersendiri bagi gw yg nantinya menentukan kemauan (bukan kemampuan) gw utk keluar dari dunia 'autis' gw.. As gw cerita sebelumnya, gw gak tau n gak peduli jendral itu apa... Gw cuma sangat enjoy dng outlet katarsis baru gw ini.. Somehow temen2 gw (yg gw lupa siapa ajah) tereliminasi dengan sendirinya.. Tinggal gw n Denny.. Setelah beribu2 kali disuruh teriak (okeh, I'm definitely hyperbolic dikit) masih gak ada keputusan siapa yg bakal jadi jendral.. Yg gw inget, Rudi milih gw n Alex milih Denny.. Yg lain gw lupa bilang apa, abis yg 2 itu yg ngotot2an.. Deadlock berlangsung lama sampe pada akhirnya diputuskan jendral 2 orang.. Kata mereka, baru kali ini jendral ada dua.. Tapi bukan anak psikologi namanya kalo gak pake rasionalisasi "Kalo yg satu gak ada, kan ada yg lain"... Atau bahkan yg gw inget, Denny jendral 1 gw jendral 2, kalo Denny gak ada then gw yg mimpin.. Tapi lama kelamaan ingatan gw mulai memburam tentang yg terakhir itu.. Then dimulailah tradisi milih 2 jendral setiap saikem.. Buntut2nya sih Denny sering males men-jendral n lebih milih meng-gitar di kantin.. Hehehehehe..

Satu kenangan gw yg lain itu berkaitan dengan konsumsi saikem.. Gw prepare for the worst food then got the best chef of all my psycamp, Lia.. Sebagai anak baru, kami punya giliran bantu2 di setiap kerjaan termasuk masak n beres2 dapur.. Lia jadi koki yg nginstruksiin kami ngolah makanan sederhana jadi sesuatu yg berkesan mewah.. Yg paling gw inget itu spaghetti indomie pake saos sarden yg yummy bangeeet.. Ampe sekarang gw gak pernah berhasil bikin yg seenak ituh.. Itu baru kenangan kecil.. Lia ngajarin banyak filosofi hanya dari kegiatan masak.. Mulai dari orang bisa dilihat sering ke dapur atau nggak dari cara dia megang pisau waktu ngupas kentang ampe makanan sesederhana apa pun bisa dibuat nikmat pooolll kalo emang niat.. That coming from seorang Lia yg notabene anak Pak Tri yg wakil presiden pada masa itu.. Bubar jalan lah semua stereotipe gw tentang anak 'pembesar' negri ini.. Bahkan gw memutuskan untuk mengurangi dikit2 stereotype tentang apapun..

Yg gw suka juga perjalanan dengan tronton dan api unggun dimana gw berasa sangat dianggap bagian dari suatu komunitas.. Gw kagum ngeliat dari angkatan tua ampe termuda ampe dosen ampe pegawai numplek di satu tronton.. Susah senang bersama... Kalo ujan deras n tronton bocor, ya basah bersama.. Dari tronton, tenda ampe api unggun diajarin nyanyi n ngegaring ala Psiko UI yg khas banget itu.. Diceritain seribu satu kisah dari masa lalu sampe masa kala itu.. Di tengah rasa alone n lonely, gw dianggap part of a community there.. Ada pintu yg terbuka lebar di belakang gw, yg gw gak sadar kapan gw masuki... Nyaman sekali.. Tinggal gw milih maju jalan dalam dunia antah berantah tapi nyaman atau mundur/muter keluar dari pintu n balik ke dunia 'autis' gw.. Well, you know what I choose, walau awalnya gw jalan hanya selangkah kecil demi selangkah kecil n berusaha agar tetap ada di sisi terluar lingkaran deket pintu yg gw biarkan tetap terbuka.. Biar kalo dah gak nyaman lagi, gampang bagi gw utk keluar..

But still here I am.. Tetap ada dalam dunia nyaman ini.. Bahkan setelah gw jauh fisik dari Psiko UI.. Setelah 12 tahun, I still feel an urge need to thank PsyCamp for what I am now.. Bahkan suka rela memenuhi ajakan Mario utk saikem-an 2008, despite posisi gw yg lebih dr 24 jam naik tronton ke Jakarta.. Semoga Maya (dan teman2 gw lain yg berpikir sama ama Maya) jadi lebih paham kenapa gw saikem-an.. Bukan kegiatannya dan bukan juga ngegebet berondong baru (tuduhan Maya tadi, padahal selama gw di Psiko UI hanya pernah tertarik ama satu orang yg kebetulan berondong.. PP.. Yg iseng, gak usah di tag yah.. Biar dia tag dirinya sendiri... Hihihihihihi... )

For the sake of my need, I will attend PsyCamp 2008...

--Lisa As Lisa
http://www.facebook.com/note.php?note_id=34197212123

#1 - "PsyCamp?? Kegiatan tai kucing!!", kata seorang maba'00

dulu, pernah iseng-iseng ikut demo! tapi bukan ama mahasiswa melainkan ama tukang ojek dan temen2 SMA! Walhasil, kami mendapat banyak makanan karena meniru orang-orang yang sedang melakukan penjarahan!

Mei 98,
mulai dari tukang ngobat garuk2 bekas-bekas nyipe' gak keruan ampe ke preman terminal,
mulai dari anak mami berseragam SMA, ampe bapak-bapak berseragam SMA (kagak lulus-lulus),
mulai dari timer, tukang parkir, ampe supir angkot,
mulai dari pecundang-pecundang jalanan yang gak jelas ampe satu keluarga lengkap dengan anak-anaknya yang sudah remaja, sibuk menjarah!
Semua gue saksikan habis termakan lalapan api Supermarket Yogya di Klender, Jakarta Timur.

Indonesia berdarah!
Indonesia yang biadab!
tapi apalah arti Indonesia pada pikiran segerombolan anak-anak SMA yang kurang kerjaan..?? setau kami sekolah diliburkan, setau kami jakarta kerusuhan, setau kami, ada penjarahan dan karena sekolah dihentikan pukul 10 WIB, maka kami punya banyak waktu sisa untuk keliling jakarta timur melihat kesibukan rakyat! Entah sebuah pesta, entah sebuah perayaan, entah fenomena kesurupan kolektif, atau sekedar reaksi balik! Bagi kami yang kenyang pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) atau PPKN serta Penataran P4, kami yang kenyang pendidikan agama dan rohani sejak SD sampai SMA, kejadian itu sama sekali tidak kami lihat dari sudut pandang moral mengenai salah dan benar!

Hampir setahun kemudian gue lulus, namun GAGAL UMPTN! Masuk salah satu Universitas Swasta di Depok waktu itu hanya formalitas, sekadar sebuah status supaya dibilang pemuda terdidik, pemuda terpelajar, MAHASISWA!

Ngerasain yang namanya OSPEK di universitas asal-asalan ini sama sekali gak manusiawi. sama sekali gak menunjukkan wajah akademisi, perilaku terdidik. Kesan-kesan sains pun berganti dengan warna-warna permabokan, pemalakan dan lain sebagainya! entah gimana caranya gue survive, yang jelas punya muke nyolot ternyata ada gak enaknya juga! heheh..

Pelan tapi pasti, gue males ngapa-ngapain! males kuliah! Gue dah tau seluk beluk perjudian dan permabokan ini kampus dan dah mulai bosen! 3 bulan kemudian gue cabut, uang kuliah gak gue bayar, tapi tetep gue minta dan gue gunakan untuk macem-macem yang gak beres. Namun 1/10-nya gue gunakan juga untuk daptar bimbel guna menghilangkan rasa bersalah dalam hati.
(yah sedikit-sedikit gue masih bisa ngerasa sesuatu lah!)

Karena putus sekolah, gantian gue berada di posisi mereka yang biasa disebut 'wong cilik' itu. nganggur gak ada kerjaan, jadi timer, tukang parkir dan lain sebagainya! apapun lah! yang jelas gue bilang ke rumah bahwa gue kuliah. (walaupun akhirnya ketahuan bahwa gue dah gak kuliah, gue bilang bahwa gue bimbel!)

bla bla bla... and so on.. and so on.. intinya melalui keberuntungan, entah kenapa gue lulus UMPTN!

gak ding.. gue bo'ong..
gue tau kenapa gue lulus, dan apa penghayatan gue waktu itu..
tapi kalo gue tulis disini, jatoh2nya jadi curhat colongan!


Beberapa paragraf pembuka diatas gue maksudkan untuk memberikan gambaran mengenai gue yang ngalamin keseharian sedemikian rupa dan mempunyai nilai-nilai sedemikian rupa. Bagaimana "mahasiswa UI" kemudian gue pandang bisa dikatakan lebih mirip bayangan seorang kutu buku! Mengenai sekumpulan anak mami berkacamata yang taunya cuman baca, tulis, ujian bagus dan lain sebagainya! Salah benar gue hayati kemudian, tapi pada saat itu ya begitulah.

Psikologi Universitas Indonesia. for your information, gue tertarik masuk sini gara-gara guru Bimbel gue bernama Sintong, guru senior, seorang yang sepertinya bisa memahami jalan pikir gue, jago memotivasi, jago menghibur! tapi diantara semuanya dia jago bikin gue diem! dia jago bikin gue ato mancing gue mikir!

Sepertinya bukan gue aja, tapi anak-anak muda lain respek sama dia. Doi jago memperlakukan orang lain, membuat lawan bicaranya merasa dihargai sekaligus menanamkan rasa segan, mempraktekan wibawa dan kharisma, memberi sinyal bahwa dia juga gak bisa dimacem-macemin. Sejak sebulan sebelum UMPTN ampe semester satu berakhir, gue masih sering ngobrol dan dinasehatin olehnya.

Awal-awal masuk psiko, berkenalan dengan dosen-dosen (Hoooaaahhmmm..), kegiatan mabim, gak boleh makan di kantin, outbound, semua menjemukan kecuali satu, pengumuman oleh seseorang yang bertampang ramah, berkaca mata yang gue kenal kemudian sebagai Pudek III psikologi waktu itu bernama Budi Hartono. Harus gue akui dia sangat ramah dan dia menyinggung sebuah topik yang menarik: bahwa fakultas psikologi mempunyai kebiasaan dimana satu fakultas diajak kemping, api unggunan, kambing gulingan.

Kemping? kayak apa sih? palingan gitu2 aje! pengen tau gue kaya apa anak-anak psikologi bikin kemping!"
-kata si sotoy dan si so' jago yang mulai bicara sembari dengan sombong mengenang-ngenang pengalaman kemping dan hiking yang pernah dia alamin waktu SMA!

tapi tergiur juga oleh kambingnya sih bahkan hal itu adalah satu-satunya berita baik kala itu sebabdikemudian hari gue dengar ternyata kempingnya tidak disukai! Banyak yang gosipin bahwa hal itu merupakan ospek terselubung. Banyak senior ngomong hal-hal yang jelek tentang itu dan gue menemukan bentuk pertama dari apa yang namanya politik, golongan anu dan golongan itu! busuk-busukan, pembedaan-pembedaan, motif-motif, dan kepentingan.

dan bahkan di kegiatan PJ--acara kebaktian jum'at yang diselenggarakan oleh POSA bagi mahasiswe protestan saat itu, gue dinasehati atau disarankan untuk membenci sesuatu, waspada terhadap sesuatu--bahwa 'kaum kita' diserang, diremehkan, diasingkan, dan dilanggar hak-haknya (gue berani bilang karena gue denger, gue ada!). Tapi, persekutuan itu ga pernah ngelarang kemping sih. kita gak pernah ditakut-takutin mengenai ospek terselubung, apalagi diprovokasi oleh isu-isu bullying yang akan dilakukan. Setau gue, mereka ga menerbitkan isu-isu bahwa itu adalah acara hedon, maksiat dan lain sebagainya. (kalaupun iya, gue yang waktu itu bahkan mungkin malah tertantang dan ikutan! heheheh)

Singkat kata, seiring mabim yang aneh dan menjemukan itu, dimulailah kuliah. Bagus Takwin adalah orang yang pertama kali ngebentak gue, dia marah luar biasa. Gue gak tau juga mo ngapain waktu itu (malu diliatin ama satu kelas!). "yah kau terima sajalah, minta maap kalo bisa!", teringat saran yang paling sering keluar dari mulut pak sintong.

Ingatan-ingatan lain adalah mengenai song4camp. Sebuah acara unik yang dilakukan untuk menggelar pengumpulan dana PsyCamp! Beneran unik, gue takjub sama cara mereka galang dana dengan ngerangkul konsep tanatos-nya si Sigmund Freud! Disitulah gue diamuk untuk kedua kalinya oleh makhluk bernama Alex Sihar'94. Doi bentak gue waktu gue perform song4camp! Waktu itu gue membawakan sebuah puisi-puisi jalanan yang mencoba ikut-ikut gaya seniman-seniman di kereta api. Di sebuah bagian puisi gue teriak, "TAPI SEMUANYA TIDAK PERDULI!!"
Alex yang tidak suka bales teriak, "APAAAAA! MEMANGNYA KNAPA??!" gue bingung.. (perasaan kalo di kereta gak ada skenario macam gini dah..) kesel, takut, malu, campur aduk. sebagai maba, gue hanya siap ngelawan satu dua tahun di atas. tapi kalo 'senior macan kampus' begini mah, pikir-pikir dulu!

takut, terbirit-birit, tunggang langgang! setelah cabut dan menguasai diri sebentar, dengan berkaca-kaca gue dateng ke Alex dan minta maap! saat itu, MEMALUKAN!
tapi disini mungkin adalah momen dimana gue berkaca bahwa apa yang gue percayai mengenai apa yang gue bisa tidaklah sekokoh yang gue kira! (kalo dipikir-pikir lagi, dipermalukan dua kali di depan umum bo'..! bwahahahaha..)

Lalu setelah itu yang gue inget cuma kuliah dan kuliah, sampai dua hari kemudian, ketika gue beranjak pulang dengan beberapa teman keluar lapangan parkir gedung A berniat menyeberang, sebuah mobil tiba-tiba ngerem, kaca terbuka dan orang2 didalamnya bertanya: 'mo ikut nengokin edpans gak?' (belakangan gue ketahui bahwa mereka adalah kang peot, jambrong, dan mumu--alumni dan senior2 psikologi). gue nanya, "kemana bang?" mereka jawab, "Cijalu, Purwakarta!"
gue nengok ke temen2, menitipkan jakun dan barang2 bawaan dan berkata, "ayok.." menyetujui ajakan mereka. disitulah gue berkenalan dengan panitia PsyCamp, berkenalan dengan gerombolan senior, berkenalan dengan edpans!
berkenalan dengan sebagian anak-anak cowo psikologi yang kalo kata temen-temen gue di fakultas teknik: 'cowo-cowo flamboyan'.

dan disitulah gue berkenalan dengan PsyCamp..
dengan pergaulannya sama masyarakat dusun..
perhatiannya terhadap petani dan pekebun..
persentuhannya dengan orang-orang sederhana..
interaksinya dengan orang-orang lurus..
orang-orang tanpa pretensi..
orang-orang tanpa kepentingan..
orang-orang yang tulus..
penduduk desa yang ramah..
warga dusun yang santun..
yang taunya kerja, pulang, sholat, cek giliran ronda, istirahat..
makan seadanya..
jarang ngeluh..
dan banyak bersyukur..

ck ck ck..
ternyata ini lah PsyCamp..

dan gue tertegun..

--to be continued

**********************************************************************************
"jangan pernah lupakan bahwa PsyCamp adalah mengenai masyarakat disekitarnya, sama sekali bukan hanya soal kemping!"

--longor.siha
http://www.facebook.com/note.php?note_id=33897053374

haru, duka, dan cinta [pengalaman psycamp #3: 2003]

[Selasa, sekitar pukul 11an malam. Sagalaherang]
Kali ini gue ga ikut berangkat advanced. Ada kendala dengan satu mata kuliah. Advanced berangkat setelah berhasil mendapatkan dispensasi uts susulan, mengingat mereka berangkat pada pekan uts. Gue juga sebenarnya juga dapet dispensasi itu, namun sialnya mbak tya bersikeras tidak memberikan dispensasi itu ke gue untuk kuliahnya, D5. Alhasil, gagal deh gue ikut advanced. Sialnya lagi D5 itu ujiannya hari Kamis. Kalo Senin kan gue bisa nyusul advanced dengan tenang. Nah ini?
Selasa sore jam 5 gue berangkat dari kampus ke gudang Kostrad untuk ketemu prajurit yang mo nganterin tenda pleton ke lokasi. Gue akan dia ke sana. Di jalan, gue menjemput beberapa item dulu: vemmy dan genset dari bowo. Setelah keduanya berhasil gue dapatkan, langsung deh tancep ke lokasi. Jam 8an dari pintu tol jatibening.
Tronton yang gue tumpangi langsung tancep gas ga pake babibu lagi. Jarak yang biasanya ditempuh 4 jam bisa dia lalui kuran dari 3 jam. Jam 11 kurang sudah sampai di gerbang perkebunan teh. Lokasi psicamp tahun itu ada di dalam hutan teh.. bekas perkebunan teh yang sekarang sudah dipakai lagi dan pohon-pohonnya dibiarkan tumbuh tinggi, keren banget! Begitu sampe, langsung gue mencoba menghubungi salah satu advanced yang ada di sana, pae hp baru gue. Tahun itu pertama kalinya gue punya hp, hasil gaji pertama kerja di tki bareng bang pe. Alfin yang berhasil gue hubungi.
Tim advanced menunggu di 'pintu masuk' hutan teh yang letaknya tuh ada di belakang kebun teh. Gue langsung meminta sang prajurit untuk memacu trontonnya lagi ke titik itu. Ga ada 10 menit, gue ketemu dengan advanced yang sudah menunggu dengan tampang kucelnya. Asli gue iri berat dengan mereka. Iri yang bercampur perasaan tidak enak karena sama sekali tidak bisa membantu.
Tanpa basa-basi, langsung mereka, vemmy, dan gue menurukan tenda. Setelah semua barang diturunkan, termasuk genset, mereka menyalami gue dan dengan tegas melarang gue untuk bantu ngangkut tenda ke lokasi walau cuma bawa satu buah pasak.
"Pulang aja lah, mond," kata dipan yang waktu itu jadi PJ advanced, "kalo lu ke lokasi, jamin deh lu ga akan niat balik lagi ke depok. Lagian mending lu bantu paije di depok." Paije alias efi adalah PO-nya dan kebetulan saat itu gue adalah WAPO.

[Rabu, sekitar jam 11 siang. Terminal kampung rambutan]
Dipan betul banget. Alfin, anes, dipan, andra, dan dexon memandangi gue yang menatap mereka sambil menangis. Gue yakin mereka butuh tenaga gue, tapi mereka bersikeras untuk lebih baik bilang ENGGAK ke gue.. dan gue tahu mereka benar.
Maka berangkatlah gue kembali ke depok bersama sang prajurit. Sampe di kostrad jam 9 pagi. Kami sempat berhenti di pinggiran tol untuk tidur sekitar jam 3 pagi. Dari tempat itu gue memutuskan untuk tidak menampakkan diri di kampus. Semua panitia, kecuali efi dan anom, ngertinya tuh gue ikut advanced. Lagipula para dosen, kecuali mbak tya dan mas budi hartono, taunya gue ikut advanced juga, makanya mereka ngasih dispensasi. Kalo sampai gue terlihat oleh dosen-dosen itu, bisa berabe gue. Lebih baik gue pulang. Makanya sekarang gue terpuruk di terminal ini.

[Beberapa minggu sebelumnya. Sore hari. Sekitar akademos dan kantin]
Lobi dengan PO psau menemui jalan buntu. Dia bersikeras tetap menjadikan acara keagamaan sebagai penutup prosesi. Dia menolak dengan halus ajakan kami untuk menjdaikan psycamp sebagai penutup prosesi, kembali seperti di tahun 90an. argumen kami sederhana: psau dan prosesi merupakan kegiatan pengenalan dunia kampus kepada mahasiswa baru dengan visi menjadikan mereka sebagai satu angkatan yang solid. Namun kenapa lantas acara puncaknya, yaitu penutupnya, bukannya diadakan suatu kegiatan yang mengusung kebersamaan namun lantas diadakan kegiatan yang memisah-misahkan mereka. Mengusung kebersamaan sih memang, kebersamaan sebagai kelompok. Bukan kebersamaan sebagai anak psikologi ui. Lagipula, tambah gue ke sang PO psau, kalo memang kelompok-kelompok keagamaan itu mau ngadain acara perkenalan dan inisiasi, kenapa juga ga mengadakan sebagai kegiatan mandiri di luar prosesi. Dengan argumen itu, dipan, dan gue nawarin psycamp. Satu kegiatannya jelas untuk semua kalangan, bahkan termasuk karyawan. Dua, panitianya juga uda siap sehingga panitia psau ga usah repot lagi. Namun, tawaran itu ditolaknya dengan alasan tidak mungkin membatalkan acara keagamaan.
Obrolan gue dengan pengurus senat hampir tidak membuahkan hasil apa-apa. Gue dengan tegas menuntut klaim mereka atas perlengkapan psycamp. Argumen dibalik klaim mereka jelas: psycamp adalah kegiatan senat, jadi perlengkapannya jelas milik senat. Argumen gue cuma dua: [1]. yang ngumpulin duitnya siapa? tapi lupakan argumen itu; [2]. ada ga pihak senat yang dengan jelas mengurusi barang-barang di gudang senat? Gue nawarin agar barang-barang itu diurus oleh advanced psycamp, dengan catatan ga boleh dipake panitia kegiatan lain tanpa ada ijin, mengingat biasanya habis dipake trus ga balik lagi tuh barang-barang, atau jika balik juga udah ga utuh lagi.
Argumen gue ditolak mentah-mentah. Perang mental pun tidak dapat gue hindari. Emang uda tabiat gue kayaknya yang ga pernah tahan ngeliat orang-orang yang saking patuhnya sama birokrasi jadi gila hormat. Ga heran gue, kenapa wiwit [SC psycamp 03 bareng ama moko] sempat nangis memperjuangkan psycamp. Jadi taulah gue gimana apa yang dirasakan wiwit dan moko waktu berjibaku otak memperjuangkan psycamp di raker senat. Celetukan dan kaliamt-kalimat tanggapan yang keluar dari mulut gue pun makin tajam dan makin jelas mencela.
Yang bikin gue puas adalah keputusan senat yang kemudian menentukan bahwa uang sisa dari kegiatan senat, tidak sepenuhnya harus menjadi milik senat. Hanya sekitar 30% yang harus disetor ke senat. Itu kalo ada sisa. Sempat gue mo nanya gimana kalo yang ada itu utang? Apa senat juga mo ikut nanggung? Tapi untungnya pertanyaan itu ga sempat keluar, mengingat gue yakin psycamp ga akan defisit.. dan keyakinan gue terbukti.

[Jumat, sekitar jam 3 siang, di akademos]
Mas ito, dekan saat itu, memberikan sambutan yang sekaligus menjadi pidato melepas keberangkatan rombongan psycamp. setelah itu, giliran efi sang PO. Abis itu gemala, sang PJ acara, melakukan briefing keberangkatan. Gue cuma bisa duduk diam di belakang mereka sambil memandangi peserta yang terlihat tidak sabar untuk berangkat.
Beberapa menit sebelum berangkat, gue menghampiri efi hanya untuk menenangkannya. Dia terlihat panik dan tegang, mengingat sehari sebelumnya alfin mengabarkan bahwa lokasi terendam banjir.
"Tenang, jeh. Alfin itu hiperbolis. Lokasi kan lebih tinggi dari sungai. Jauh lebih tinggi. Ga akan mungkin deh kebanjiran," kataku sambil mengelus kepalanya.

[Jumat. Depok - Sagalaherang]
Hujan menerpa kami sepanjang perjalanan. Tronton yang kami tumpangi semuanya memiliki atap yang yang penuh 'bintang' alias bocor. Alhasil di sepanjang perjalanan, para penghuni tronton sibuk mengakali atap trontonnya, dari yang mulai pake labkan sampe melapisinya dengan ponco ato raincoat yang tentunya mereka bawa sendiri-sendiri.
Memasuki purwakarta kepanikan efi menjadi. Datang kabar dari alfin lagi. Kabar buruk. Advanced yang diterpa hujan selama 3 hari berturut-turut mengabarkan bahwa jalan masuk lokasi sama sekali tidak bisa dilalui. Banjir. Efi menunjukan sms itu ke gue yang duduk di depannya. Taik lah si alfin. Kenapa juga ngirimnya ke efi bukannya ke gue. Bikin susah gue aja lu dung!

[Jumat, sekitar jam 9 malam. Lokasi psycamp]
Seperti tahun-tahun sebelumnya, perjalanan berhenti sejenak di depan kantor polisi sagalaherang untuk menunjukan surat ijin jalan dari kepolisian depok dan dari pihak kampus. 30 menit kemudian kami tiba di titik untuk menurunkan peserta. Titik yang sama dengan waktu gue nurunin tenda.Para advanced sudah menunggu kami di situ, minus dexon.
Dipan, alfin, dan anes langsung menemui efi dan gue. Kasih laporan singkat soal lapangan. Mereka bertiga sempat menemui gue personal, tanpa sepengetahuan efi. Dari situ gue tahu kalo berita terkahir dari alfin itu benar adanya. Mereka meminta gue untuk memandu rombongan tronton pertama ke lokasi.
Jalur ke lokasi terasa sangat berat ketika memasuki tanjakan terakhir. 10 meter dari lokasi. Air dari sungai yang menjadi elemen penyambut para peserta meluap. Yang tadinya hanya semata kaki meluap hingga sepaha. Untungnya alirannya tidak deras sehingga masih bisa dilalui dengan aman.
Mobilisasi peserta berlangsung sekitar 90 menit. Advanced dan anak perlap masih sibuk 60 menit setelahnya untuk memobilisasi barang-barang. Gue kali ini tidak dilarang ikutan.

[Jumat tengah malam hingga Minggu siang. Lokasi]
Acara psycamp selama 3 hari dibuka dengan aksi advanced mendirikan satu tenda pleton. Tenda itu sempat mereka dirikan namun tiang tengahnya patah sehingga terpaksa mereka rubuhkan lagi. Setelah tiang penggantinya datang bersama peserta barulah, tenda itu bisa didirikan lagi.
Kegiatan psycamp tahun itu berlangsung di tengah hujan lebat. Setiap hari hujan turun lebat mulai pukul 3 siang hingga 5 sore, dan gerimis dimulai lagi pukul 7 hingga tengah malam. Untungnya hal itu tidak kegiatan. Salut gue sama anak acaranya: gemala dan kawan-kawan, thanks berat!
Hujan membuat anak acara harus memutar otak memodifikasi jadwal. Jurit malam ditiadakan. Kegiatan lebih difokuskan ke dalam tenda. Entah apa yang merasuki para anak acara sehingga mereka bisa berkreasi dengan lancarnya. Mulai dari chopstick, tebak-tebakan foto, nyanyi bareng, cerita-cerita garing.... asli, mereka hebat banget. Kerja keras anak acara tidak percuma. Semangat para peserta tetap tinggi. Api unggun yang diiring gerimis tetap dikerumuni dengan antusias. Anak 2003 tetap bersemangat menyumbangkan pertunjukan musik yang keren abis.
Kerja keras mereka juga tidak membuat hasil kerja para humas sia-sia. Berkat humas yang cerewet, banyak angkatan bangkot yang dateng. Bukan itu aja, angkatan gue sendiri aja, yang ga suka kemping, berhasil diajak ikut. Angkatan bangkot banyak yang dateng sabtu malam. Kehadiran mereka kurang lebih memberikan dorongan untuk para peserta untuk tetap bersemangat. Gimana enggak. Di tengah hujan deras, mereka malah asik bikin shelter di dekat api unggun trus duduk main-main gitar sambil teriak-teriak. Masak kalah sih ama yang tua?
Jurit malam yang ditiadakan langsung digantikan dengan latihan YELL GUYS!. Sekitar 4 jam latihan itu berlangsung. Dari 2003 terpilih Rendi sebagai jendral dan Faya sebagai jendrilnya. Latihan selesai sekitar jam 2 pagi, langsung disambung ama makan kambing guling dan cerita-cerita serta nyanyi-nyanyi ampe pagi. Gue milih untuk tidur... mencari kehangatan.
Minggu paginya, mas ito dan mas budi datang. Gimana ga seneng, coba?
Setelah makan siang, kami langsung beres-beres dan foto-foto. Abis itu langsung mobilisasi ke desa. Baksos diadakan sesuai rencana, yaitu menjelang kepulangan dengan pemikiran agar kegiatan bisa fokus di lokasi psycamp mengingat jaraknya yang jauh dari desa. Selesai baksos dan ramah tamah dengan para penduduk desa, rombongan pun melaju menuju depok.
Advanced memilih tinggal untuk menunggu kedatangan tronton barang.

[Minggu sore. Sagalaherang - Depok]
Sampai di spbu depan tol purwakarta, anom mengabarkan bahwa tronton barang tidak berangkat. Spontan, efi dan gue memutuskan untuk mengosongkan satu tronton yang ada saat itu. Para penghuninya disebar ke tiga tronton lainnya. Lalu, bersama dengan anom, tronton itu diberangkatkan kembali untuk menjemput advanced dan barang-barang.
30 menit setelah keberangkatan anom, tiga tronton sisanya berangkat ke depok.

[Minggu, sekitar pukul 9 malam. Parkiran psiko]
Peserta tiba dengan selamat.
Setelah ucapan terima kasih dari efi, kegiatan psycamp ditutup dengan hymne psikologi dan YELL GUYS!.

"3 jam setelahnya"
Anom dan advanced masuk di parkiran psiko. Dengan dibantu anak-anak yang masih ada di kantin, barang-barang dimobilisasi ke gudang psycamp.
Abis itu, anom, efi, gue, dan advanced kumpul lagi di parkiran. Nyanyiin lagi hymne psikologi dan... andra pun maju... YEEEEEELLLL GUUUUUUUUYS!!!
Pertama dan terakhir kalinya gue melakukan yell guys sambil nangis.

**************************
****************************

catatan:
proses persiapan psycamp tahun 2003 membuat gue ngerti banyak tentang sejarah psycamp, apa dan mengapanya. gue juga jadi tahu banyak soal perpolitikan kampus saat itu, pergerakan-pergerakan tai di dalamnya.. membuat gue yakin untuk kukuh menjadi oposan senat.

many thanks to:
1. anom, PJ transport
2. para senior yang dateng hari rabu ke lokasi untuk bantuin advanced: vemmy, andrie daniel, jambrong, bang pe, dll
3. anak-anak acara: gemala, dkk
4. anak-anak humas: bob, dkk
5. sc tercinta: wiwit dan moko
6. tim perlap: unyil o2... sendirian lho
7. tim advanced paling tangguh yang pernah gue lihat: dipan o1, anes o1, andra o1, alfin o1, dexon 00, jefri o2, bram o2, adi o2, freda o1, geni kki o1, tewe o1, pangeran kki 00/eks 04 [.. siapa lagi ya?]
8. Efi, sang PO

Untuk cerita lengkap pengalaman advancednya, bisa liat di LPJ psycamp 2003. Dipan bercerita banyak di situ. Atau langsung minta filenya di dipan [kalo masih ada].

--Raymond Godwin
http://www.facebook.com/note.php?note_id=37836647282&id=628002167&index=0